Laman

Senin, 25 Mei 2015

Artikel V: Terapi Kelompok


Terapi kelompok adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang menggunakan kelompok sebagai media dalam proses pertolongan profesionalnya. Dalam literatur pekerjaan sosial metode ini sering disebut sebagai groupwork atau group therapy


Jacob Moreno (1910) awalnya menggunakan teknik teater untuk membantu mengembangkan interaksi dan spontanitas pasien dengan membawa masalahnya pada setting kelompok. Lalu, Jacob pada tahun 1931 mengenalkan istilah "Terapi Kelompok". 
Slavson tahun 1964 menerapkan teknik terapi kelompok dengan pendidikan progresif dan psikoanalisis untuk membantu anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan.
Dalam dunia industri, terapi kelompok sering digunakan sebagai metode untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami para pegawai, seperti kecanduan alkohol, obat-obatan terlarang, rokok, kemalasan bekerja, konflik antar pegawai. Masalah-masalah yang ditangani oleh terapi kelompok ini sebenarnya hampir sama dengan terapi individu, hal yang membedakan pendekatannya. Dalam terapi kelompok tidak menggunakan pendekatan yang bersifat perseorangan, melainkan kelompok sebagai media penyembuhan. Individu-individu yang mengalami masalah dalam kategori yang sama disatukan dalam sebuah kelompok penyembuhan, kemudian dilakukan terapi dengan dibimbing oleh seorang terapis. 

Ada alasan mengapa terapi kelompok ini lebih baik untuk digunakan, karena orang-orang yang ada di dalamnya, terlibat relasi, interaksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Mereka bisa saling berbagi pengalaman, tujuan, dan cara mengatasi masalah yang tidak selalu mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri. Selain itu, metode ini lebih efisien dalam segi waktu, tenaga dan dana karena proses pemecahan masalah tidak dilakukan satu-per satu, melainkan bersama-sama.

Macam-macam jenis kelompok

Menurut Zatrow (1999), ada beberapa jenis kelompok yang digunakan dalam terapi ini, yaitu:
  • Kelompok percakapan sosial; Merupakan kelompok yang paling terbuka dan informal. Tujuan utama dilakukannya terapi ini adalah mencari kenalan atau sahabat baru. Dalam penerapannya, kelompok ini digunakan sebagai sarana pengujian untuk menentukan seberapa dalam relasi dapat dikembangkan terhadap orang-orang yang tidak mengenal satu sama lain.

  • Kelompok rekreasi: Tujuan kelompok ini untuk menyelenggarakan kegiatan rekreatif atau latihan olahraga. Seringkali kegiatan tersebut tidak terencana dan umumnya tidak ada pemimpin dalam kelompok. Dasar pemikiran terbentuknya kelompok ini adalah suatu keyakinan bahwa kegiatan rekreasi dan interaksi yang terjadi di dalam kelompok dapat membantu dalam membangun karakter yang dapat mencegah perilaku-perilaku maladaptif.

  • Kelompok keterampilan rekreasi: Tujuannya untuk menyelenggarakan kegiatan rekreatif, juga untuk meningkatkan keterampilan tertentu diantara para anggotanya, Kelompok ini memiliki pelatih serta orientasi tugas yang jelas.

  • Kelompok pendidikan: Fokus utama kelompok adalah untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Pemimpin kelompok biasanya dari kalangan profesional yang menguasai keterampilan tertentu, misal: guru. 

  • Kelompok pemecahan masalah dan pembuatan keputusan: Bagi klien tujuan kelompok ini adalah untuk menemukan pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan untuk menemukan sumber baru dalam memenuhi kebutuhan, sedangkan bagi terapis bertujuan untuk mengembangkan rencana penyembuhan bagi klien.

  • Kelompok mandiri: Kelompok ini menekankan pada pengakuan para anggota kepada kelompok bahwa mereka memiliki masalah, menceritakan pengalaman-pengalaman masa lalunya dan rencana mengatasi masalah-masalah dimasa mendatang, anggota kelompok yang mengalami krisis agar didampingi oleh anggota lainnya untuk melalui masa sulit tersebut bersama-sama. 

  • Kelompok sosialisasi: Tujuannya untuk mengembangkan atau merubah sikap-sikap dan perilaku anggota agar lebih diterima secara sosial. Fokus kelompok ini, mengembangkan keterampilan anggota, peningkatan kepercayaan diri dan perencanaan masa depan.

  • Kelompok penyembuhan: Umumnya berisi orang-orang yang mengalami masalah personal dan emosional yang berat. Pemimpin kelompok ini dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang handal mengenai tingkah laku manusia dan dinamika kelompok, konseling kelompok. Tujuannya untuk mengupayakan para anggota mampu menggali masalahnya sendiri secara mendalam, kemudian mengembangkan rencana untuk pemecahan masalah.

  • Kelompok sensitivitas: Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran interpersonal.

Adapun tahapan terbentuknya kelompok menurut Garland, Jones dan Kolodny adalah, sebagai berikut:
  1. Tahap Pra Afiliasi
  2. Tahap Kekuasaan dan Kontrol
  3. Keintiman
  4. Perbedaan
  5. Pemisahan
Proses terapi kelompok menurut Zastrow (1999):
  1. Tahap Intake: Pengakuan mengenai masalah yang dialami secara spesifik yang mungkin tepat dipecahkan dengan pendekatan kelompok. 
  2. Tahap Assesmen dan Perencanaan Intervensi: Pemimpin kelompok bersama dengan anggotanya mengidentidikasi masalah, tujuan-tujuan kelompok serta merancang pemecahan msalah.
  3. Tahap Penyeleksian Anggota: Penyeleksian ini dilakukan terhadap orang-orang yang peling mungkin mendapatkan manfaat dari struktur kelompok dan keterlibatannya dalam kelompok.
  4. Tahap Pengembangan Kelompok: Norma-norma, harapan dan nilai-nilai serta tujuan kelompok akan muncul pada tahap ini, dan akan mempengaruhi serta dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas serta relasi yang berkembang dalam kelompok.
  5. Tahap Evaluasi dan Terminasi: Pemantauan keberhasilan terapi ini akan selalu dipantau pada setiap fase.Terminasi dilakukan berdasarkan 4 hal, yaitu; Tujuan individu dan kelompok telah tercapai, waktu yang ditetapkan telah berakhir,  kelompok gagal mencapai tujuannya, dan keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota kelompok.

Sumber: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar