Laman

Jumat, 22 Mei 2015

Artikel IV: Behavior Therapy

Dalam Gladding (2004) konselor yang menggunakan pendekatan behavior membantu klien untuk belajar cara bertindak yang baru dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi tingkah laku yang berlebih. Artinya membantu klien agar tingkah lakunya menjadi lebih adaptif dan menghilangkan yang maladaptif.

Pendekatan behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien yang mempunyai masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahgunaan zat, dan disfungsi psikoseksual. Bermanfaat juga untuk membantu gangguan yang diasosiasikan dengan anxiety, stress, asertivitas, berfungsi sebagai orang tua dan interaksi sosial. 


Pandangan Tentang Manusia


Menurut Gladding (2004) para ahli modifikasi perilaku mempunyai ide sebagai berikut;
  • Konsentrasi pada proses-proses tingkah laku yaitu berbagai proses yang diasosiasikan dengan tingkah laku yang kelihatan (kecuali yang menganut pendekatan kognitif).
  • Fokus pada tingkah laku yang kini dan sekarang, dan bukan pada yang lampau dan sudah lalu.
  • Asumsu bahwa semua tingkah laku dipelajari, baik yang adaptif maupun maladaptif.
  • Suatu kepercayaan bahwa belajar merupakan cara efektif, untuk mengubah tingkah laku yang maladaptif.
  • Memfokuskan pada sasaran terapi yang jelas.
  • Menolak ide bahwa kepribadian manusia terdiri dari berbagai macam trait.
Peran Konselor


Dalam Gladding (2004) pada umumnya konselor mempunyai orientasi behavioral bersikap aktif dalam sesi-sesi konseling. Klien belajar menghilangkan atau belajar kembali bertingkah laku tertentu. Dalam proses ini, konselor berfungsi sebagai konsultan, guru, penasihat, pemberi dukungan dan fasilitator. Ia juga mensupervisi orang-orang pendukung yang ada di lingkungan klien yang membantu dalam proses perubahan tersebut. Konselor behavioral yang efektif beroperasi dengan perspektif yang luas dan terlibat dengan klien dalam setiap fase konseling. 



Teknik-teknik Konseling

Adapun teknik-teknik dalam terapi behavioral adalah sebagai berrikut;
  • Teknik tingkah laku umum:
  1. Skedul penguatan; Bila suatu tingkah laku baru saja dipelajari, maka tingkah laku tersebut harus diperkuat dengan perkataan lain dan penguatan yang berlangsung secara terus-menerus. Setelah terbentuk frekuensi penguatan dapat dikurangi dengan perkataan lain menggunakan penguat intermiten, supya tingkah laku dapat bertahan.
  2. Shaping; Tingkah laku yang dipelajari secara bertahap dengan suksesif. Untuk mempelajari keterampilan baru, konselor dapat memecah-mecah tingkah laku ke dalam unit-unit dan mempelajarinya dalam unit-unit kecil.
  3. Ekstingsi; Eliminasi dari tingkah laku karena penguat tidak diberikan lagi. Hanya sedikit individu yang mau melakukan sesuatu yang tidak memberi keuntungan.
  • Teknik spesifik
  1. Desensitisasi sistematik; Untuk membantu klien mengatasi kecemasan dalam situasi-situasi tertentu. Klien diminta menggambarkan situasi yang menimbulkan kecemasan, kemudian mengurutkannya dari yang paling membuat cemas hingga yang tidak menimbulkan keprihatinan. Konselor mengajar klien untuk rileks secara fisik dan mental.
  2. Pelatihan asertivitas; Klien belajar untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif dan asertif. Tujuannya agar klien bertingkah laku asertif.
  3. Time-out; Teknik asertif yang sangat ringan. Klien dipisahkan dari kemungkinan mendapat penguat positif. Sangat efektif bila digunakan untuk waktu yang singkat.
  4. Implosion dan Flooding; Terapi implosif adalah teknik lanjut yang mencakup mendesensitisasikan klien dengan cara meminta klien membayangkan sesuatu yang menimbulkan kecemasan parah. Klien tidak diajarkan untuk rileks terlebih dahulu. Flooding lebih ringan sifatnya, karena situasi penimbul kecemasan yang dibayangkan tidak menimbulkan konsekuensi yang parah.
Sumber:
Lesmana, Jeanette Murad. 2013. Dasar-dasar konseling. Jakarta: UI-Press.
http://www.slideshare.net/wahidatulislamiyah/terapi-behavioral

Tidak ada komentar:

Posting Komentar